Dialog HMJ Studi Agama-Agama angkat Tema Relasi Islam-Kristen di Timur Indonesia

  • 30 Maret 2019
  • 10:20 WITA
  • Administrator
  • Berita

UIN Online - Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM), HMJ Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik mengadakan bazar yang dirangkaikan dengan dialog lintas iman dengan mengangkat tema Relasi Islam dan Kristen di Timur, Indonesia, pada (19/3/2019)

Dialog ini menghadirkan tiga pemateri, yakni Syamsul Arif Galib yang merupakan Dosen Prodi Studi Agama-Agama, Elroy Mamoribo, mahasiswa Pasca Sarjana STT Intim asal Papua, serta Muhammad Ali Holle, mahasiswa Pasca Sarjana UIM asal Maluku dan Miftha Khalil Muflih sebagai moderator yang juga merupakan mahasiswa Studi Agama-Agama.

Bertempat di Warkop 52, dialog Lintas ini dihadiri oleh oleh beberapa komunitas lintas iman yang ada di Makassar, diantaranya Komunitas Mahabbah Institute For Peace and Goodness (MIPG), Human Illumination. Persaudaraan Lintas Iman dan juga Komunitas Millah Abraham.

Kegiatan bazar dan dialog ini diadakan bukan hanya dimaksudkan sebagai wadah bertukar pikiran terkait persoalan keagamaan, melainkan juga sebagai moment silaturrahim antar sesama mahasiswa Studi Agama-Agama juga dengan senior-senior alumni Perbandingan Agama yang sekarang berubah nama menjadi Studi Agama-Agama.

Dalam pemaparannya Muhammad Ali Holle banyak menjelaskan bagaimana kearifan lokal di Ambon menjadi pengikat persaudaraan antara mereka yang berbeda iman. Pela Gandong menjadikan masyarakat Maluku yang berbeda iman bisa menjadi saudara. Hal senada juga disampaikan oleh Elroy Mamoribo bahwa konsep kearifan lokal; Satu tungku tiga batu juga menjadi pengikat masyarakat Papua yang berbeda iman. 

Pembicara terakhir, Syamsul Arif Galib menyebut bahwa daerah Timur Indonesia adalah surga yang sering terlupa. Terlepas konflik yang pernah ada, relasi Islam dan Non Muslim terjalin sangat baik di sana. Iman yang berbeda adalah hal biasa bagi masyarakat Ambon ataupun Papua. Namun dia tidak setuju jika satu daerah di Indonesia diidentikkan dengan agama tertentu saja. Pengidentifikasian satu daerah dimiliki oleh sebuah agama tertentu tidak sehat bagi masyarakat Indonesia yang beragam.

Di penghujung acara, Miftah selaku moderator menyimpulkan dengan mengutip perkataan dari salah seorang teolog terkemuka (Hans Kung) yang menyebutkan bahwa Tidak ada perdamaian dunia tanpa adanya perdamaian antar agama-agama. Tidak ada perdamaian antar agama tanpa adanya dialog antar agama

Kegiatan dialog ini diharapkan menjadi sebuah wadah untuk mengikis fanatisme sempit, mengasah toleransi dalam makna yang sebesar besarnya serta semakin membumikan relasi yang baik antar umat beragama.

Penulis: Nurleli

Disclaimer.
Tulisan ini pernah diterbitkan di: http://www.uin-alauddin.ac.id/uin-6102-dialog-hmj-studi-agamaagama-angkat-tema-relasi-islamkristen-di-timur-indonesia.html