Sebagai upaya untuk tetap membangun situasi akademik yang kondusif antara Prodi dan Mahasiswa, Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar melaksanakan Dialog Akademik Daring menggunakan aplikasi Zoom.
Hadir dalam diskusi daring ini Ketua dan Sekretaris Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, dosen, mahasiswa serta wakil dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama.
Dalam sambutannya Kaprodi Studi Agama-Agama UIN Alauddin Makassar, Sitti Syakirah Abu Nawas, M. Th.I menyebutkan bahwa dialog ini sengaja dilaksanakan untuk membuka ruang diskusi antara Pengelola Prodi dan juga Mahasiswa. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menampung aspirasi mahasiswa yang selama pandemi ini harus melaksanakan perkuliahan melalui sistem daring.
Beberapa catatan yang muncul dalam diskusi tersebut terkait dengan proses perkuliahan yang dianggap belum semaksimal dibandingkan dengan perkuliahan seperti biasanya. Menanggapi hal tersebut, Kaprodi SAA mengakui bahwa hal itu dipengaruhi karena kuliah online ini masih dianggap sebagai sesuatu hal yang baru. Sehingga semua pihak masih belajar. Namun seiring berjalannya waktu proses perbaikan pengajaran dan pelayanan akademik akan semakain diperbaiki.
Dalam diskusi ini, beberapa isu yang diangkat oleh mahasiswa terkait dengan uang kuliah mahasiswa serta harapan agar kampus dapat memberikan subsidi kuota bagi mahasiswa. Sebahagian mahasiswa juga sempat mempertanyakan tentang kosep KKL dan KKN yang di adakan nantinya. Adapun bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang dalam proses penelitian, tantangan yang mereka temukan adalah sulitnya menemui calon informan untuk kepentingan wawancara.
Miftah, salah satu mahasiswa semester 8 prodi SAA sangat mengapresiasi dialog yang diinisiasi oleh jurusan ini. Menurutnya, dialog seperti ini adalah wujud nyata keterbukaan prodi terhadap mahasiswa. Dialog Akademik yang dilaksanakan Prodi Studi Agama-Agama ini adalah Dialog keempat yang dilaksanakan oleh Prodi SAA selama tahun ajaran 2019/2020.
Hal yang juga menarik adalah pengakuan dari salah seorang mahasiswa atas nama Ernawati yang mengakui bahwa selama perkuliahan ini, dirinya justru mengeluarkan biaya yang lebih murah dibanding kuliah reguler. Untuk kuliah reguler, Ernawati menghabiskan banyak uangnya untuk kepentingan transportasi. Namun selama pandemi ini, dia hanya menghabiskan 75.000 rupiah untuk membeli kuota untuk satu bulan.
Namun dia berharap agar dosen yang memberikan tugas kuliah tidak memberikan tugas daring yang dibatasi oleh waktu. Dikarenakan tidak semua tempat di daerah memiliki tingkat koneksi jaringan yang sama. Terkadang, ada beberapa daerah yang jaringan internet nya sangat susah dan membuat mereka kadang kehilangan waktu dalam mengerjakan tugas.
Mahasiswa juga berharap agar dosen yang mendapat pesan dari mahasiswa agar mau meluangkan waktu untuk membalas pesan yang mereka kirimkan. “Jangan Cuma di “read” tapi dak dibalas, karena kita bingung apa maknanya.” Ujar salah seorang mahasiswa. (SAG)