Di tengah merebaknya Pandemi Covid-19 dan imbauan pemerintah agar masyarakat tetap berada di rumah, Pusat Studi Agama-Agama dan Kearifan Lokal, Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, UIN Alauddin Makassar melaksanakan kegiatan diskusi yang bertema “Merawat Toleransi Dan Demokrasi pada Masa Pandemi Covid-19”
Diskusi online yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Mei 2020 itdisiarkan secara langsung melalui akun instagram @dosenmuda.dm. Dua pemantik yang dihadirkan pada tersebut ialah, Kristina R. Nababan yang merupakan satu dosen Universitas Kristen Satya Wacana dan juga Praditya Mer Hananto yang merupakan seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan.
Dalam paparannya, Kristina R. Nababan meilhat bahwa Covid 19 tidak hanya berpengaruh pada bidang kesehatan namun juga pada bidang sosial.. Adanya kekhawatiran akan Covid-19 menjadikan masyarakat berbondong-bondong menimbun masker, makanan, dll. Masalah sosial lainnya muncul dengan adanya masyarakat yang menolak pemkaman jenzah pasien Covid-19. Menurut Kristina R. Nababan, ketakutan disertai dengan ketidakpedulian terhadap orang sekitar menciptakan benih-benih sikap intoleransi.
Adapun peneliti LIPI, Praditya Mer Henanto mencoba melihat bagaimana fenomena PSBB yang berlangsung di tengah masyarakat. Peniadaan Shalat Jum’at dan anjuran beribadah di rumah menuai kontoversi dan berpotensi menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Buktinya, ada masyarakat yang menganggap pembubaran tersebut dianggap penistaan agama.
Praditya Mer Henanto menjelaskan bahwa meski Pembatasan Sosial Berskala Besar ini ini dilakukan demi kebaikan bersama, sebagaian masyarakat merasa rugi karena ramadhan adalah bulan Ibadah. Ini adalah momen dimana mereka dapat mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Untuk menjadikan masyarakat dengan pola pikir zero-sum game seperti ini. Maka yang dikedepankan adalah mencari kompensasi atas kehilangan nilai ibadah mereka dengan menjelaskan bahwa dengan ikut mensukseskan psbb seseorang justru mendapatkan dapat pahala karena dengan itu seseorang telah menghambat penyebaran penyakit dan menolong nyawa manusia. Pendekatannya haruslah pendekatan pahala.
Moderator dan Ketua Pusat Studi Agama-Agama dan Kearifan Lokal, Guruh Ryan Auliya, M. Han menyebutkan bahwa diskusi ini adalah diskusi awal dari diskusi-diskusi yang akan dilaksanakan oleh Pusat Studi Agama-Agama dan Kearifan Lokal. Pusat Studi ini sendiri merupakan Laboratorium Prodi Studi Agama-Agama, UIN Alauddin Makassar.